Wednesday, June 11, 2014

FOTOGRAFI

FOTOGRAFI
Foto dari "http://www.majalahinspirasi.net/2013/04/apa-itu-kamera-mirrorless.html"

Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.

PERKEMBANGAN FOTOGRAFI
·         1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII, menggunakanproses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.
·         1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama, yang dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
·         1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
·         1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
·         1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut Tabotype.
·         1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypoatau fixer.
·         1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
·         1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card)
·         1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
·         1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
·         1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
·         1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
·         1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari.
·         1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
·         1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
·         1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
·         1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
·         1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
·         1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
·         1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
·         1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
·         1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
·         1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama.
·         1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
·         1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan.
·         1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
·         1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui gelombang radio.
·         1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
·         1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
·         1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney.
·         1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
·         1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
·         1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
·         1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
·         1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna positif/negatif.
·         1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
·         1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
·         1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
·         1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah Amerika Serikat.
·         1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
·         1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
·         1952 – Era 3-D film dimulai.
·         1954 – Leica M diperkenalkan.
·         1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
·         1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards(sekarang bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). 
·         1959 – Nikon F diperkenalkan.
·         1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
·         1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
·         1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
·         1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari 100 baris dan 100 kolom.
·         1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image sensor.
·         1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
·         2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti.
·         2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
·         2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
·         2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome




TEKNIK – TEKNIK DASAR PEMOTRETAN

Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.

A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.

B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).

Æ Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk.

Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."

Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan)

Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"

Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.

0 comments:

Post a Comment